Secara tradisional, letak ibukota Pakuan Pajajaran berada di Kota Bogor sekarang. Anggapan itu didukung bukti-bukti sejarah dan hasil penelitian kepurbakalaan. Salah satu bukti sejarah yang masih ada sampai sekarang adalah sebuah prasasti di daerah Batutulis.Dalam prasasti Batutulis diberitakan "Wag na pun, Ini Sasakala Prabu Ratu purane pun. Di wastu diyadi ngaran Prabu Guru Dewataprana, diwastu diyadi ngaran Sri Baduga Maharaja Ratuhaji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata".
Artinya, “Semoga selamat. Inilah tanda peringatan Prabu Ratu almarhum. Dinobatkan ia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (lagi) ia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Penguasa di Pakuan Sri Sang Ratu Dewata.
Dalam cerita pantun Bogor disebutkan, pada masa Pajajaran setiap tahun selalu diadakan perayaan upacara "Gurubumi" dan "Kuwerahabakti ".
Kuwera artinya kekayaan (kemakmuran) . Upacara tsb diadakan 49 hari setelah penutupan musim panen jatuh, akhir bulan Maret. Bila dari akhir Maret jamu 58 hari (49+9) atau kira-kira dua bulan, maka upacara "Kuwerabhakti" sebagai penutupan upacara "Gurubumi" akan jatuh pada akhir Mei atau awal Juni .
Menurut beberapa sumber sejarah , Pada Tahun 1482 Masehi , Sri Baduga Maharaja dinobatkan sebagai Raja Sunda Pajajaran di ibukota Pakuan, sesuai tradisi kerajaan , Hari Penobatan itu dilaksanakan pada acara besar tahunan yang berlaku umum pada waktu itu, yaitu upacara Kuwerabhakti.
Dengan perhitungan yang teliti, bulan purnama pada bulan Mei 1482 bersamaan dengan tanggal 15 Rabiulawal tahun 887 Hijrah dan itu justru jatuh pada 4 Mei 1482, sedangkan upacara "Kuwebhabakti" pada akhir Mei atau awal Juni . Dengan demikian, ditetapkan bahwa upacara yang dimaksud berlangsung pada awal Juni 1482. Malam purnamanya bertepatan dengan tanggal 15 rabiul akhir 887 Hijrah yang jatuh pada tanggal 3 Juni 1482.
Dan 3 Juni 1482 itu pula dijadikan sebagai HARI JADI BOGOR .
Lalu mengapa tidak diambil sejak pertama kali Pakuan Pajajaran didirikan, sekitar awal abad ke-8 ?Memang ada benarnya. Namun kesulitannya adalah tidak tentu angka tahunnya. Sementara pada periode 1482, beberapa kali kedudukan Pakuan diseling oleh kota-kota lain sebagai pusat pemerintahan. Di samping itu, muncul pula alasan kesejarahan, karena periode Sri Baduga, adalah permulaan periode atau era Pajajaran akhir yang sejak itu ibukota kerajaan tidak pindah-pindah lagi sampai saat keruntuhannya.
Secara tradisional, justru periode Pajajaran akhir inilah yang dijadikan kebanggaan penduduk Jabar. Alasan terpenting dalam pembentukan "hari jadi" ini ialah cita-cita yang terkandung di dalamnya. Mengapa mempunyai sejarah "Hari Jadi Bogor" karena harus kembali ke motto sejarah "Histori vitae Magistra" (Sejarah adalah Guru Kehidupan).
Peta kuno
Lantas, benarkah letak ibukota Pakuan Pajajaran berada di Kota Bogor sekarang Setidaknya, ada bukti kuat yang menunjukkan hal itu. Yakni sebuah peta kuno buatan orang Sunda yang tersimpan di sebuah desa di daerah Garut. Dalam peta yang terbuat dari bahan kain digambarkan, letak Pajajaran berada antara Cisadane dan Ciliwung, tepatnya di Kota Bogor sekarang.
Bukti lain, laporan ekspedisi VOC pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18. Sersan Scipio yang melewati daerah Batutulis pada hari Sabtu tanggal 26 Juli 1687 dalam perjalanan ekspedisinya mencari pantai selatan, memberitakan adanya sisa-sisa parit dan benteng. la mendapat laporan, kelompok peninggalan purbakala di Batutulis adalah bekas singgasana raja Pajajaran.
Laporan kedua berasal dari Kapitan Adolf Winkler 15 Juni 1690. la memberitakan telah melewati Pakuan yang terletak di Pajajaran, antara sungai besar (Ciliwung) dan Sungai Tangerang (Cisadane). Berita itu disusul laporan ekspedisi VOC ke lereng Pangrango untuk meneliti sumber gempa bumi dahsyat yang terjadi pada malam tanggal4/5 Januari 1699 (letusan Gunung Salak) Ekspedisi yang dipimpin Ram dan Coops.
Dalam perjalanan dari Cikereteg lewat Kampung Rancamaya tanggal 29 November 1701, rombongannya sampai ke Tajur. Di daerah ini mereka menemukan sisa "jalan yang lurus ditumbuhi pohon durian kedua tepinya" dan merupakan tempat bercengkrama raja Pajajaran.
Berita keempat berasal dari Abraham van Riebeck yang pernah dua kali mengunjungi Batu tulis. Pertama pada tanggal 17 Aguustus 1703 sebagai Direktur Jendral VOC dan kedua kali pada tanggal 15 Mei 1704 sebagai Gubernur Jendral. la adalah putra Jan van Riebeck pendiri "Kaapstad" di Afrika Selatan. la melaporkan tentang adanya sisa-sisa parit dan adanya gerbang Pakuan (Layungsari/Jerokuta) yang kanan-kirinya diapit oleh dua buah parit yang curam dan dalam. Jarak dari gerbang Pakuan ke Batutulis disebutkan dua menit perjalanan naik kuda.
Tapak sejarah
Pembuktian kepurbakalaan dilakukan oleh CM Pleyte. la berhasil menemukan bekas-bekas benteng atau kuta Pakuan. Ternyata daerah bekas ibukota Pakuan Pajajaran meliputi Jerokuta, Batutulis, Lawanggintung, pasar Sukasari. Bekas kuta (benteng) Pakuan masih dapat disaksikan di daerah Tajur belakang Kompleks Perumahan LIPI antara Cibalok dan Cipakancilan.
Adapun bekas-bekas parit dapat dilihat di tiga tempat, yaitu sebelah luar sisa kuta, di Batutulis (dari belakang stasiun kereta api membentang sampai di Balekambang) dan di kompleks perumahan . Dreded terbentang sampai di belakang SD Batutulis I. Dapat dipastikan, bahwa letak bekas ibukota Pakuan Pajajaran adalah di Kota Bogor yang sekarang.
Anggapannya, bahwa bekas istana Pakuan terletak di Istana Bogor sekarang yang berada dari almarhum Suhamir dan MA Salmun, ternyata keliru karena tidak didukung bukti-buk¬ti sejarah lagi. Lagi pula sebagian kesimpulannya didasarkan atas isi "prasasti kebun Raya". Prasasti ini ternyata "palsu", karena dibuat oleh Dr Friederich, seorang sarjana yang pertama kali mencoba prasasti Batutulis.
Letak bekas Istana Pakuan, menurut penelitian ialah di daerah Lawanggintung di Kompleks Zeni Angkatan Darat. Hal ini didasarkan kepada hasil penelitian tentang Dam Cipakancilan bagi kehidupan penduduk Pakuan sehari hari, ceritera pantun Bogor dan penelitian penulis atas posisi batu-batu peninggalan Purbakala.
Dari bukti-bukti sejarah di atas, wajarlah bila kita mengambil tahun pendirian Kota Bogor jauh ke masa silam, yaitu pada saat tempat ini menjadi ibukota kerajaan Pajajaran. Selain adanya hubungan historis dan lokasi antara Kota Bogor dan Pakuan, juga terdapat hubungan kependudukan. Tokoh-tokoh Ranggading dan Ki Mangparang adalah tokoh pembesar Pajajaran yang kemudian memimpin masyarakat muslim di Pajajaran di daerah sekitar Batutulis dan Pakancilan.
Artinya, setelah kekuasaan Pajajaran dipadamkan dan DILANJUTKAN oleh Banten, Pakuan hanya kehilangan fungsinya sebagai pusat pemerintahan, tetapi tidak kehilangan fungsinya sebagai tempat tinggal.terbukti kemudian di lokasi reruntuhan Kota Pakuan berdirilah kemudian Buitenzorg (Bogor).
0 komentar:
Posting Komentar